Minggu, 05 November 2017

pelajaran akidah akhlak



BAB 1
PRINSIP-PRINSIP
AQIDAH ISLAM


Dasar Aqidah Islam adalah Iman kepada Allah, Iman kepada para Malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada para nabi dan rasul-Nya, Iman kepada hari akhir,serta Iman kepada takdir yang baik dan buruk, sebagaimana telah ditunjukkan dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Allah berfirman dalam kitab suci-Nya,
وَالْمَلآئِكَةِ الآخِرِ وَالْيَوْمِ بِاللّهِ آمَنَ مَنْ الْبِرَّ وَلَـكِنَّ وَالْمَغْرِبِ الْمَشْرِقِ قِبَلَ وُجُوهَكُمْ تُوَلُّواْ أَن الْبِرَّ لَّيْسَ
 وَالنَّبِيِّينَ وَالْكِتَابِ
 ” Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaiakt, kitab-kitab, nabi-nabi …” (QS. Al Baqarah, 177)
Diantara keimanan tersebut yang tertinggi adalah mengimani Allah, karena hal ini sangatlah penting dan wajib hukumnya demi merealisasikan pengesaan terhadap Allah dan menyempurnakan kecintaan kepada Allah, serta merealisasikan ibadah kepada Allah semata.
Iman kepada Allah mengandung empat unsur, yaitu:

1. Mengimani Wujud Allah
Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’ dan indera.
Bukti Fithrah tentang wujud Allah adalah, bahwa iman kepada Sang Pencipta merupakan fithrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berfikir atau belajar. Tidak akan berpaling dari tuntutan fithrah ini, kecuali orang yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat memalingkannya. Rasulullah e bersabda, “Semua bayi dilahirkan dalam keadaan fithrah, ibu bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani atau Majusi.” [HR. Al Bukhaari]
Bukti Akal tentang wujud Allah adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa semua makhluk, yang terdahulu, sekarang maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan. Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri dan tidak mungkin pula tercipta secara kebetulan. Semua makhluk tidak mungkin tercipta secara kebetulan, karena setiap yang diciptakan pasti membutuhkan pencipta. Adanya makhluk-makhluk tersebut di atas undang-undang yang indah, tersusun rapi dan saling terkait dengan erat antara sebab dan musababnya. Semua itu menolak keberadaan seluruh makhluk secara kebetulan, karena sesuatu yang ada karena kebetulan, pada awalnya tidak teratur. Kalau makhluk tidak dapat menciptakan dirinya sendiri dan tidak tercipta secara kebetulan, maka jelaslah, bahwa makhluk-makhluk itu ada yang menciptakan, yaitu Allah Rabb Semesta Alam.
Allah menyebutkan dalil aqli (akal) dan dalil qath’i di dalam Al Qur-an,
خَزَائِنُ عِندَهُمْ أَمْ - يُوقِنُونَ لَّا بَل وَالْأَرْضَ السَّمَاوَاتِ خَلَقُوا أَمْ - الْخَالِقُونَ هُمُ أَمْ شَيْءٍ غَيْرِ مِنْ خُلِقُوا أَمْ
  الْمُصَيْطِرُونَ هُمُ أَمْ رَبِّكَ
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun, ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Rabbmu atau merekakah yang berkuasa?” (QS. Ath-Thur, 35-37)
Sebagai contoh, ketika ada orang yang datang kepada Anda dan bercerita tentang istana yang dibangun, dikelilingi kebun-kebun, dialiri sungai-sungai dan dialasi oleh hamparan karpet, serta dihiasi dengan perhiasan yang elok. Lalu, orang itu mengatakan, bahwa istana dengan segala kesempurnaannya tersebut tercipta dengan sendirinya, atau tercipta secara kebetulan tanpa pencipta. Maka, pasti Anda tidak akan percaya dan menganggap perkataan itu adalah perkataan dusta lagi dungu. Kini, kami bertanya pada Anda, “Masih mungkinkah alam semesta yang luas ini beserta apa-apa yang ada di dalamnya yang teratur sedemikian indahnya tercipta dengan sendirinya atau tercipta secara kebetulan?”
Bukti Syara‘ tentang wujud Allah, adalah bahwa seluruh kitab langit berbicara tentang hal itu. Seluruh hukum yang mengandung ke-mashlahat-an manusia yang dibawa kitab-kitab tersebut merupakan dalil, bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb Yang Maha Bijaksana dan Mengetahui segala ke-mashlahat-an makhlukNya.

Bukti Indrawi tentang wujud Allah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.     Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa, serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah.
Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah. Allah berfirman,
الْعَظِيمِ الْكَرْبِ مِنَ وَأَهْلَهُ فَنَجَّيْنَاهُ لَهُ فَاسْتَجَبْنَا قَبْلُ مِن نَادَى إِذْ وَنُوحاً
 “Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu, ketika ia berdo’a dan Kami memperkenankan do’anya, lalu Kami selamatkan dia beserta pengikutnya dari bencana yang besar.” )QS. Al-Anbiyaa, 76)
b.     Tanda-tanda para nabi yang disebut mukjizat, yang dapat disaksikan atau didengar oleh banyak orang.
Merupakan bukti yang sangat jelas tentang wujud Yang Mengutus para nabi tersebut, yaitu Allah. Karena hal-hal itu berada di luar kempampuan manusia. Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi para rasul.

2. Mengimani Rububiyah Allah
Mengimani rububiyah Allah, maksudnya adalah mengimani sepenuhnya, bahwa Dia-lah Rabb satu-satunya, tiada sekutu dan tiada penolong bagi-Nya.
Rabb adalah Yang berhak menciptakan, memiliki, serta memerintah. Jadi, tidak ada Pencipta selain Allah, tidak ada Pemilik selain Allah dan tidak ada Perintah selain perintah dari-Nya. Tidak ada makhluk yang mengingkari ke-rububyiah-an Allah, kecuali orang yang yang congkak, sedang ia tidak meyakini kebenaran ucapannya. Seperti yang dilakukan Fir’aun, ketika berkata kepada kaumnya, “Akulah Tuhanmu yang paling tinggi.” (QS. An-Naazi’aat, 24)
Nabi Musa ‘alaihi `s salaam berkata kepada Fir’aun, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu’jizat-mu’jizat itu, kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi, sebagai bukti-bukti yang nyata. Dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir’aun, seorang yang akan binasa.” (QS. Al-Israa’, 102)
Oleh karena itu, sebenarnya orang-orang musyrik mengakui rububiyah Allah, meskipun mereka menyekutukan-Nya dalam uluhiyah (penghambaan). Allah berfirman,
 يُؤْفَكُونَ فَأَنَّى اللَّهُ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُمْ مَّنْ سَأَلْتَهُم وَلَئِن
 Dan sungguh, jika kamu bertanya kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan mereka?’ Niscaya mereka menjawab, ‘Allah.’ Maka, bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. Az-Zukhruf, 87)
Perintah Allah mencakup perintah alam semesta (kauni) dan perintah syara’ (syar’i). Dia adalah pengatur alam, sekaligus sebagai pemutus segala perkara, sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya. Dia juga pemutus peraturan-peraturan ibadah, serta hukum-hukum mu’amalat sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya. Oleh karena itu, barangsiapa menyekutukan Allah dengan seorang pemutus ibadah atau pemutus mu’amalat, maka berarti dia telah menyekutukan Allah, serta tidak mengimani-Nya.

3. Mengimani Uluhiyah Allah
Artinya, benar-benar mengimani, bahwa Dia-lah Ialah yang benar dan satu-satunya, tidak ada sekutu bagiNya. Al Ilaah artinya ‘al ma’luh’, yakni sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan, serta pengagungan.

الْحَكِيمُ الْعَزِيزُ هُوَ إِلاَّ إِلَـهَ لاَ بِالْقِسْطِ قَآئِمَاً الْعِلْمِ وَأُوْلُواْ وَالْمَلاَئِكَةُ هُوَ إِلاَّ إِلَـهَ لاَ أَنَّهُ اللّهُ شَهِدَ

 “Allah menyatakan, bahwasannya tidak ada Ilaah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Ilaah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran, 18)
Allah berfirman tentang Latta, Uzza dan Manat yang disebut Tuhan, namun tidak diberi hak uluhiyah, “Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka. Dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb mereka.” (QS. An Najm, 23)
Orang-orang musyrik tetap saja mengingkarinya. Mereka masih saja mengambil tuhan selain Allah. Mereka menyembah, meminta bantuan dan pertolongan kepada tuhan-tuhan itu dan menyekutukan Allah.
Pengambilan tuhan-tuhan yang dilakukan orang-orang musyrik ini telah dibantah oleh Allah dengan dua bukti, yaitu:
a. Tuhan-tuhan yang diambil itu tidak mempunyai keistimewaan uluhiyah sedikit pun, karena mereka adalah makhluk, tidak dapat menciptakan, tidak dapat menarik kemanfaatan, tidak dapat menolak bahaya, tidak memiliki hidup dan mati, tidak memiliki sedikitpun dari langit dan tidak pula ikut memiliki keseluruhannya;
b. Sebenarnya orang-orang musyrik mengakui, bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb, Pencipta, yang ditangan-Nya kekuasaan segala sesuatu. Mereka juga mengakui,bahwa hanya Dia-lah yang dapat melindungi dan tidak ada yang dapat melindungi-Nya. Ini mengharuskan pengesaan uluhiyah (penghambaan), seperti mereka mengesakan rububiyah Allah.       

4. Mengimani Asma dan Sifat Alloh
Iman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah, yakni menetapkan nama-nama dan sifat-sifat yang sudah ditetapkan Allah untuk diri-Nya sendiri dalam kitab suci-Nya, atau sunnah rasul-Nya dengan cara yang sesuai dengan kebesaran-Nya tanpa tahrif (penyelewengan), ta’thil (penghapusan), takyif (menanyakan bagaimana) dan tamsil(menyerupakan). Allah berfirman,
 يَعْمَلُونَ كَانُواْ مَا سَيُجْزَوْنَ أَسْمَآئِهِ فِي يُلْحِدُونَ الَّذِينَ وَذَرُواْ بِهَا فَادْعُوهُ الْحُسْنَى الأَسْمَاء وَلِلّهِ
 “Hanya milik Allah Asma-ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma-ul Husna itu dan tinggalakanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al A’raaf, 180)

Dalam perkara ini ada dua golongan yang tersesat, yaitu:
a.      Golongan Muaththilah
Yaitu, mereka yang mengingkari nama-nama Allah atau mengingkari sebagiannya saja. Menurut perkiraan mereka, menetapkan nama-nama dan sifat itu kepada Allah dapat menyebabkan tasybih (penyerupaan), yakni menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Pendapat itu jelas keliru, karena:
Sangkaan itu akan mengakibatkan hal-hal yang bathil atau salah, karena Allah telah menetapkan untuk diri-Nya nama-nama dan sifat-sifat, serta me-nafii-kan sesuatu yang serupa dengan-Nya.
b.      Golongan Musyabbihah
Yaitu, golongan yang menetapkan nama-nama dan sifat-sifat, tetapi menyerupakan Allah dengan nash-nash-Nya. Hal ini jelas keliru ditinjau dari beberapa hal, antara lain:
Menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya jelas merupakan sesuatu yang bathil, menurut akal maupun syaraa’. Padahal, tidak mungkin nash-nash kitab suci Al Qur-an dan Sunnah Rasul menunjukkan sesuatu yang bathil.
Di antara buah iman kepada Allah:
1.     Merealisasikan pengesaan Allah, sehingga tidak menggantungkan harapan kepada selain Allah, tidak takut kepada yang lain dan tidak menyembah kepada selain-Nya;
2.     Menyempurnakan kecintaan terhadap Allah, serta mengagungkan-Nya sesuai dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi;
3.     Merealisasikan ibadah kepada Allah dengan mengerjakan apa yang diperintah, serta menjauhi apa yang dilarang-Nya.

LATIHAN
Jawablah pertanyaan-peranyaan di bawah ini:
1.      Bagaimana cara mengimani wujud Allah?
2.      Apa yang dimaksud mengimani rububiyah Allah?
3.      Tuliskan salah satu dasar hukum mengimani Rububiyah Allah!
4.      Uraikan olehmu cara mengimani Uluhiyah Allah!
5.      Sebutkan dan jelaskan mengenai dua golongan yang tersesat dalam mengimani Asma dan Sifat Allah!

Rabu, 01 November 2017

KETELADANAN NABI SULAIMAN A.S



Sulaiman bin Dawud adalah satu-satunya Nabi sekaligus raja yang memperoleh keistimewaan dari Allah SWT sehingga bisa memahami bahasa binatang. Dia bisa bicara dengan burung Hud Hud dan juga boleh memahami bahasa semut. Dalam Al-Quran surah An Naml, ayat 18-26 adalah contoh dari sebahagian ayat yang menceritakan akan keistimewaan Nabi yang sangat kaya raya ini. Firman Allah,  Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata:  Wahai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia Allah yang nyata.   Nabi Sulaiman adalah  nabi yang dipilih Allah untuk menjadi kekasihnya. Di antara karunia besarnya adalah:
1.      Mengetahui bahasa semua binatang.
2.      Nabi yang paling kaya di antara manusia sepanjang sejarah peradaban.
3.      Mempunyai pasukan yang paling kuat dalam sejarah manusia, yaitu pasukan manusia dan para jin yang bekerja menuruti perintahnya.
4.      Ia juga dapat mengendarai angin sesuai perintahnya. Kemampuan mengendarai  angin ini merupakan kendaraan yang paling cepat di antara kendaraan manapun.
Tetapi justeru dengan kekuasaannya yang amat agung dan besar seakan tidak terbatas, hal ini membuat nabi Sulaiman merasa rendah hati di hadapan makhlukNya yang lain,  di antaranya adalah:
1)      Rasa malu pada Allah SWT: Nabi Sulaiman melihat  karunia Allah  terlalu besar, tetapi ibadahnya ia merasa masih kurang, beliau malu memandang ke langit karena malu kepada Allah SWT.
2)      Mau berdialog dengan rakyat kecil: Nabi Sulaiman senang berkomunikasi dengan rakyatnya, walaupun rakyatnya (hanya) beberapa ekor semut. Ketika pasukan jin, manusia dan burung-burung   sampai di lembah semut berkatalah seekor semut bernama Jarsan, ia berkata:   Wahai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. Mendengar hal ini, nabi Sulaiman bertanya: mengapa engkau berkata seperti itu? Maka Jarsan berkata: mohon maaf wahai Nabi, saya akan memerintah  yang lain. Maka Jarsan berkata pada  warga semut: Wahai para semut, marilah kita minggir berbaris rapi untuk menyaksikan iring-iringan pasukan  nabi Sulaiman. Dari  sinilah nabi Sulaiman tersenyum dan berdoa pada Allah supaya diberi karunia pandai bersyukur atas nikmat Allah SWT. ( AnNaml: 18-26).
3)      Nabi sulaiman senang bekerja sebagai wujud syukur: nabi Sulaiman termasuk sebagian nabi yang paling pandai bersyukur seperti diungkap dalam alQur’an. Suatu ketika beliau bertanya pada Allah: Ya Allah tunjukkan padaku seseorang yang bisa membuatku pandai bersyukur?, lalu Allah memerintahnya melihat dua orang yang bekerja keras. Yang seorang bekerja keras bertujuan sekedar untuk mengganjal perut dari kelaparan. Sedangkan yang satu lagi ia bekerja bertujuan untuk bersyukur dan  tidak termasuk orang yang dikatakan penganggur. Lalu Nabi Sulaiman berdoa pada Allah supaya diajari pekerjaan yang membuatnya bersyukur, lalu Allah mengajarinya ilmu menyepuh besi dengan emas. Sehingga beliaulah manusia pertama yang menyepuh besi dengan emas.
4)      Juga kehebatan kekhusyu’an  shalat nabi Sulaiman:  Sampai-sampai beliau meninggal dalam posisi sedang berdiri shalat. Sudahkah shalat kalian khusyu’? Allah berfirman dalam Q.S. AsSaba’: 14: 
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلاَّ دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ
فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ (السبأ: 14)
“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan (jadi pelayan yang bekerja keras untuk Nabi  Sulaiman). (QS. AsSaba: 14)
Beberapa tafsir menyebutkan bahwa meninggalnya nabi Sulaiman adalah ketika beliau sedang berdiri melaksanakan shalat. Dalam keadaan berdiri, ruhnya diambil oleh Allah SWT, dan beliau sedang berdiri memegang sambil bersandar pada tongkatnya, ia berdiri dalam posisi meninggal selama satu tahun, dan pasukannya yang juga terdiri dari jin-jin dan setan tidaklah mengetahui kalau nabi Sulaiman telah meninggal bahkan sudah selama satu rahun. Sehingga  tongkat yang dipakai bersandar itu rapuh dimakan rayap, saat itulah nabi Sulaiman tersungkur  jatuh, dan saat itulah para jin sadar bahwa nabi Sulaiman telah meninggal. Subhanallah. Semoga kita bisa meneladaninya.

ADAB SHALAT DAN BERDZIKIR




A.           ADAB SHALAT
Shalat adalah ibadah wajib bagi setiap muslim yang sudah baligh dan berakal sehat. Shalat pada hakikatnya adalah bentuk komunikasi antara seorang hamba dengan Allah SWT. Akan tetapi,banyak orang kurang bisa menikmati ibadah shalat. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal, di antaranya adalah karena ia menganggap shalat hanyalah rutinitas belaka, sehingga shalatnya tidak berdampak apa-apa dalam kehidupannya. Padahal Allah berfirman bahwa dengan  shalat yang khusyu’ maka seseorang akan bisa terhindar dari berbuat kekejian dan kemunkaran. Sehingga di antara masalah  bangsa ini adalah banyak orang yang shalat, tapi sebagian mereka ada yang melakukan korupsi. Naudzu Billahi. Lalu kita perlu bertanya; Ada apa dengan shalatnya??? Bagaimanakah shalatnya???
Marilah kita agungkan ibadah sholat ini dengan cara memperhatikan adab-adabnya, yaitu:
  1. Menjaga waktu dan batas-batasnya. 
Ketika waktu shalat  masuk, bersegera menunaikannya dengan penuh semangat saat kewajiban itu tiba. Nabi bersabda pada Bilal: Wahai Bilal, hiburlah kami dengan shalat! (Maksudnya: beradzanlah lalu kita melaksanakan shalat dan menikmati shalat).
Allah berfirman yang artinya: maka celaka bagi orang-orang yang shalat. Yaitu orang yang shalat mereka lupa diri. Para ulama mengatakan lupa dalam ayat ini terutama adalah masalah meneledorkan waktu shalat.
  1. Demikian pula tempat sholat dan sujud, kita rapikan dan bersihkan dari najis- najis yang ada, singkirkan gambar, tulisan atau apa saja yang mengganggu kekhusyu’an shalat.
  2. Memakai  pakaian kita yang terbaik, saat panggilan sholat telah tiba. Yang rapi, santun, baik,  harum semerbak (bagi laki-laki)  dan menutup aurat secara sempurna.
Allah amat senang kalau perintahnya kita amalkan dengan suka cita. Allah memerintahkan dalam alQur’an:خُذُوا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ, ... 
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu  yang indah di setiap (memasuki) masjid, …”. {QS. Al-A’roof: 31}. Memakai pakaian terbaik saat shalat merupakan tanda dan wujud syukur seseorang akan nikmat Allah SWT yang dikaruniakan padanya.
  1. Menyesal serta bersedih, jika tidak dapat menunaikan dan menikmati shalat dengan baik dan sempurna. Di antara inti shalat adalah berdzikir di dalam shalat. Allah berfirman pada nabi Dawud: “Dan dengan berdzikir padaKu, hendaklah mereka merasa ni’mat”.
Allah berfirman: “dan sungguh, dzikir pada Allah-lah yang terbesar”. Maksudnya adalah kita diharapkan menikmati dzikir atau bacaan-bacaan shalat kita, sehingga berpengaruh pada hati nurani dan amal perbuatan sehari-hari.
  1. Dan supaya kita khusyu’, Nabi memerintah: “shalatlah seperti shalatnya orang yang berpamitan (dari dunia ini)”. Maksudnya shalatlah seakan-akan ini adalah shalat kalian yang terakhir di dunia.

B.            ADAB BERDZIKIR
Kurang afdhal apabila orang yang melaksanakan shalat, usai salam ia langsung berdiri pulang tanpa berdzikir. Sehingga bakda shalatpun seseorang dianjurkan berdzikir. Dzikir menurut bahasa berarti ingat. Dalam hal ini yang dimaksud adalah mengingat Allah dengan cara memperbanyak mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah  sesuai dengan yang diajarkan oleh rasulullah, para sahabat,dan orang-orang yang shalih sebelum kita.
Allah SWT berfirman dalam surat al-a’raf ayat 205:
ä.øŒ$#ur š­/§ Îû šÅ¡øÿtR %YæŽ|Øn@ ZpxÿÅzur tbrߊur ̍ôgyfø9$# z`ÏB ÉAöqs)ø9$# Íirßäóø9$$Î/ ÉA$|¹Fy$#ur Ÿwur `ä3s? z`ÏiB tû,Î#Ïÿ»tóø9$# ÇËÉÎÈ  
“dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai”
ayat di atas, maka kita akan paham bahwa dzikir adalah suatu yang diperintahkan oleh Allah sesering mungkin. Kita sebagai seorang muslim tentunya tidak asing lagi dengan dzikir. Hanya saja,terkadang kita tidak memperhatikan adab/cara berdzikir. Sehingga tidak jarang dzikir yang kita lakukan tidak berbekas sama sekali terhadap kehidupan kita. Padahal minimal,dzikir bisa menentramkan hati  pelakunya,sebagaimana firman Allah yang berarti: “bukankah dengan berdzikir/ mengingat Allah hati akan menjadi tentram?”. Oleh karenanya,perlu kita perhatikan adab-adab saat berdzikir kepada Allah. Adapun adab berdzikir diantaranya adalah:
  1. Ikhlas dalam berdzikir mengharap ridho Allah, membersihkan amal dari campuran dengan sesuatu. Menghadirkan makna dzikir dalam hati, sesuai dengan tingkatannya dalam musyahadah.
  2. Berdzikir dengan dzikir dan wirid yang telah dicontohkan Rasululloh, karena dzikir adalah ibadah. Membaca al-Qur’an dengan niat berdzikir juga dianjurkan.
  3. Mencoba memahami maknanya dan khusyu’ dalam melakukannya.
  4. Duduk disuatu tempat atau ruangan yang suci seperti duduk dalam shalat juga dianjurkan.
  5. Mewangikan pakaian dan tempat dengan minyak wangi,  pakaian yang bersih dan halal.
  6. Memilih tempat yang agak sunyi. boleh memejamkan dua mata, karena dengan mata terpejam itu, tertutup jalan-jalan panca indra lahir, sehingga mengakibatkan terbukanya panca indra hati.